Selasa, 21 Mei 2013

MENYADARI KEKHILAFAN DIRI



Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS.Al-Hasyr :18)
Ketika cahaya kesadaran datang menghampiri. terasa begitu dalam sesal yang menggumpal didalam hati. Teringat akan lembaran masa lalu yang kelam tentang orang-orang yang pernah kita sakiti. Tentang prilaku diri yang sering melakukan kekhilafan, tentang bakti kepada kedua orang tua yang belum kita sempurnakan, tentang cela dan aib diri yang belum sempat kita mohonkan ampunan, dan tentang seluruh perjalan hidup yang hanya diselimuti oleh dusta dan kebencian. 
Telah begitu panjang perjalanan yang kita lalui tanpa kita sadari telah banyak kita menorehkan tinta hitam dalam perjalanan hidup kita.
Beribadahlah kepada Allah seakan engkau melihatNya, jika engkau tak melihatNya yakinlah ia melihatmu, memperhatikanmu, menatapmu lekat-lekat setiap saat.
Saat kita sebut ia penguasa hari pembalasan, menitik air mata kita mengingat dosa, mengenang hari-hari yang terisi kesia-sian. bukankah malaikat merekam amal kita sejak baligh sampai mati? lalu nanti ia sajikan tayangannya disana yang membuat kita malu hati sampai tenggelam dengan keringat sendiri.

Saudaraku,
Lalu siapakah sosok yang pernah buat hati kita bergetar dan hancur untuk menyatakan taubat kepada Allah SWT? dan apakah yang menjadikan hati kita berguncang, bergemuruh, mengantarkan perenungan panjang penuh sesal lalu mendorong kita untuk segera kembali kepadaNya?

Bersyukurlah kepada Allah atas karunia itu, atas keberadaan orang yang menjadi pengingat, penyadar dan penggugah jiwa kita dari kelalaian, menyadarkan diri kita kerdil dihadapan Allah, atas segala situasi yang mengantarkan kita kesini, detik ini, dengan perasaan luluh dihadapan Allah atas segala kesalahan yang telah diperbuat dimasa lalu.

Lalu berapa banyak dari kita yang tersandung atau terjatuh karena dosa? hanya karena ego dan gengsi untuk mengakui kesalahan kita, merasa diri kita paling benar dan orang lain tidak berhak atas diri kita. 
Hello...
Jangan berpikir bahwa kitalah yang memiliki tubuh ini, karena hakikatnya diri kita adalah milik Allah maka Allah yang berhak atas tubuh kita. lalu kita? yup, kita berhak untuk menjaga karunia Allah untuk selalu berpijak kokoh diatas jalan yang benar.

Bila kita tak juga mau bertaubat dan beristighfar itu tandanya kita lari dari kasih sayang dan rahmat Allah SWT. Maka jika kita ingin bertaubat jangan tunda keinginan itu, mari ucapkan Astaghfirullahal’adzim….

Hanya kepadaNya kita menyembah dan kita memohon. padahal sering kita lalai dan sering kita gantungkan diri pada makhluk yang tiada daya membantu kita. begitulah ayat-ayatNya melantun dari bibir membangkitkan pendar-pendar kesadaran dalam jiwa.

Bumi Raflesia, Nyak in note