MENYADARI KEKHILAFAN DIRI
Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS.Al-Hasyr :18)
Ketika cahaya kesadaran
datang menghampiri. terasa begitu dalam sesal yang menggumpal didalam hati. Teringat
akan lembaran masa lalu yang kelam tentang orang-orang yang pernah kita sakiti.
Tentang prilaku diri yang sering melakukan kekhilafan, tentang bakti kepada
kedua orang tua yang belum kita sempurnakan, tentang cela dan aib diri yang
belum sempat kita mohonkan ampunan, dan tentang seluruh perjalan hidup yang
hanya diselimuti oleh dusta dan kebencian.
Telah begitu panjang perjalanan yang kita lalui tanpa kita sadari telah banyak kita menorehkan tinta hitam dalam perjalanan hidup kita.
Telah begitu panjang perjalanan yang kita lalui tanpa kita sadari telah banyak kita menorehkan tinta hitam dalam perjalanan hidup kita.
Beribadahlah kepada Allah seakan engkau melihatNya, jika engkau tak melihatNya yakinlah ia melihatmu, memperhatikanmu, menatapmu lekat-lekat setiap saat.
Saat kita sebut ia penguasa
hari pembalasan, menitik air mata kita mengingat dosa, mengenang hari-hari yang
terisi kesia-sian. bukankah malaikat merekam amal kita sejak baligh sampai
mati? lalu nanti ia sajikan tayangannya disana yang membuat kita malu hati
sampai tenggelam dengan keringat sendiri.
Saudaraku,
Lalu siapakah sosok yang
pernah buat hati kita bergetar dan hancur untuk menyatakan taubat kepada Allah
SWT? dan apakah yang menjadikan hati kita berguncang, bergemuruh, mengantarkan
perenungan panjang penuh sesal lalu mendorong kita untuk segera kembali
kepadaNya?
Bersyukurlah kepada Allah
atas karunia itu, atas keberadaan orang yang menjadi pengingat, penyadar dan
penggugah jiwa kita dari kelalaian, menyadarkan diri kita kerdil dihadapan
Allah, atas segala situasi yang mengantarkan kita kesini, detik ini, dengan
perasaan luluh dihadapan Allah atas segala kesalahan yang telah diperbuat
dimasa lalu.
Lalu berapa banyak dari kita
yang tersandung atau terjatuh karena dosa? hanya karena ego dan gengsi untuk
mengakui kesalahan kita, merasa diri kita paling benar dan orang lain tidak
berhak atas diri kita.
Hello...
Jangan berpikir bahwa kitalah yang memiliki tubuh
ini, karena hakikatnya diri kita adalah milik Allah maka Allah yang berhak atas
tubuh kita. lalu kita? yup, kita berhak untuk menjaga karunia Allah untuk
selalu berpijak kokoh diatas jalan yang benar.
Bila kita tak juga mau
bertaubat dan beristighfar itu tandanya kita lari dari kasih sayang dan rahmat
Allah SWT. Maka jika kita ingin bertaubat jangan tunda keinginan itu, mari
ucapkan Astaghfirullahal’adzim….
Hanya
kepadaNya kita menyembah dan kita memohon. padahal sering kita lalai dan sering
kita gantungkan diri pada makhluk yang tiada daya membantu kita. begitulah
ayat-ayatNya melantun dari bibir membangkitkan pendar-pendar kesadaran dalam
jiwa.
Bumi Raflesia, Nyak in note
Bumi Raflesia, Nyak in note